Minggu, 27 Agustus 2017

SELAMAT DATANG MAHASISWA BARU

Mahasiswa, kau ingin jadi apa? Pengacara, untuk mempertahankan hukum kaum kaya, yang secara inheren tidak adil? Dokter, untuk menjaga kesehatan kaum kaya, dan menganjurkan makanan yang sehat, udara yang baik, dan waktu istirahat kepada mereka yang memangsa kaum miskin? Arsitek, untuk membangun rumah nyaman untuk tuan tanah? Lihatlah di sekelilingmu dan periksa hati nuranimu. Apa kau tak mengerti bahwa tugasmu adalah sangat berbeda: untuk bersekutu dengan kaum tertindas, dan bekerja untuk menghancurkan sistem yang kejam ini?
(Victor Serge, Bolshevik)
SELAMAT datang di kampus impianmu. Tempat yang akan menemanimu dalam waktu yang tak lama. Jika dulu aku habiskan kuliah cukup lama, kini waktu kuliah singkat saja. Ada yang menjalaninya hanya 3 tahun dan ada yang 4 tahun. Malahan ada yang 3 setengah tahun. Mirip lomba, kuliah membuatmu memandang teman seperti lawan. Mula-mula pada soal penampilan dan lama kelamaan dalam hal prestasi. Terlebih kampus sekarang ini suka sekali memamerkan mahasiswa yang jadi juara. Juara apa saja: menulis, meneliti, pidato, lomba debat hingga stand up comedy. Seakan kampus serupa dengan medan laga dimana tiap anak muda harus siap bertarung: kalah atau menang. Tapi apapun yang terjadi percayalah kampus adalah tempatmu untuk menguji mimpi dan nyali.
Jangan percaya kalau jadi sarjana itu tujuan utamanya. Tak ada yang istimewa dari acara wisuda. Berjejer rapi lalu digeser toga kemudian foto bersama keluarga. Sungguh itu adegan yang menjemukan dan tak layak untuk dirindukan. Terlebih, jangan meyakini bahwa IP (indeks prestasi) tinggi itu segalanya. Kampus beda dengan SD dimana yang bernilai tinggi selalu dapat pujian. Sudah banyak kepercayaan kalau IP tinggi tak menjamin segalanya. Tengok saja banyak tokoh, para penemu hingga aktor yang kuliahnya pernah gagal tapi karirnya gemilang. IP itu hanya perkakas kuliah yang diperebutkan dengan tenaga seadanya saja. Jangan terlampau berburu, sama halnya juga jangan terlalu meremehkan. Ringkasnya, kuliah tak hanya berpusat pada apa yang ada di bangku dan apa yang dikatakan oleh dosenmu.
Itu sebabnya biarkan petualangan membawamu ke sana kemari. Kampus memberi kamu pengalaman yang tak dapat kamu peroleh di mana-mana. Diantaranya adalah organisasi. Sangkar yang indah dan memikat untuk anak muda yang berani. Dilatih di sana kamu untuk melawan apa yang memang sepatutnya kita lawan. Memusuhi korupsi, pelanggaran hak asasi manusia hingga membela mereka yang ditindas. Disanalah kamu dilatih memimpin, peduli dan melindungi. Tak ada mata kuliah satupun yang bermuatan itu semua. Di organisasi pintu untuk mendapatkan pengetahuan mengenai itu. Maka jangan ragu-ragu untuk masuk ke dalamnya. Jangan kuatir karena disanalah kamu akan tersesat di jalan yang benar. Walau kamu tak dijanjikan IP tinggi atau menang lomba, tapi kamu memiliki pengalaman yang lebih berharga ketimbang jadi juara.
Tak sedikit orang yang punya pengalaman organisasi kini menikmati kenangan manis. Kenangan ketika memprotes tindakan aparat, menentang keputusan yang tak adil dan membangkang pada kebijakan yang merugikan. Bukan hanya kenangan tapi mereka menuai hasil yang sepadan: lebih berani mengambil posisi, tak gampang berkhianat pada pendirian dan menghargai kebebasan mengemukakan pandangan. Walau tak sedikit pula yang melacurkan keyakinan. Setidaknya, organisasi membimbing keyakinan untuk percaya kalau kebenaran itu bukan retorika kosong. Dan kebenaran juga akan memberi kamu semangat untuk mencurigai semua kepalsuan. Itu sebabnya organisasi adalah kuliah yang sesungguhnya. Kamu bukan diajarkan untuk meraih prestasi, tapi kamu dibimbing untuk memahami bahwa dasar hidup itu adalah solidaritas dan kepedulian. Dasar hidup itu yang akan membawamu pada keyakinan untuk selalu memihak ketika ada lapisan yang dizalimi dan tak mudah buatmu untuk membenarkan tiap putusan yang bawa binasa. Hanya organisasi yang meyadarkanmu kalau hidup itu tak bisa dilalui seperti binatang: kawin, beranak, cari makan, dan mati.
Tapi tak mudah berbagi kepercayaan ini padamu. Kampus telah membujukmu untuk kuliah dengan sandaran harapan nilai serta gelar. Dengan bujukan itulah kamu dikejar-kejar untuk lekas jadi sarjana, ketika kuliah bisa sambil kerja dan saat kuliah dapat raih prestasi. Keyakinan itu ditanam pula oleh orang tuamu. Sedikit orang tua yang mengantar anak kuliah agar dirinya bisa hidup dalam perahu gerakan. Lebih-lebih biaya kuliah yang terus naik membuat kamu berfikir seperti kalkulator: jumlahkan, kalikan dan hasilnya harus sama. Kalau bisa lebih besar. Itu sebabnya kamu diajarkan bagaimana ilmu kesuksesan dalam hidup bukan petualangan dalam melawan badai kehidupan. Training motivasi diulang di mana-mana dengan kesadaran bahwa optimisme dan percaya diri modal untuk semua. Juga training wirausaha dilakukan di mana-mana dengan harapan kamu bisa raih uang sejak dini. Seolah-olah kampus memang maunya menghasilkan jutawan, orang terkenal dan punya banyak pendapatan. Sejak itulah kampus lalu merias dirinya dengan fasilitas yang kadang berlebihan. Kamu tak lagi berada di taman pengetahuan tapi taman hiburan.
Maka lihatlah mereka yang ‘dianggap’ berhasil kuliahnya. Mendapat uang yang besar, jabatan yang menawan dan bisa kembali ke kampus dengan kisah keberhasilan. Sungguh itukah yang mau kauraih dalam hidup di masa-masa mudamu? Masa-masa emas dimana banyak orang ‘besar’ dulu lahir pada masa-masa itu. Melihat paras Hatta yang kuno, sederhana dan rajin baca kita jadi termangu: benarkah bangsa ini dulu diproklamasikan oleh sosok yang serius semacam ini. Menengok Soekarno yang muda, tampan dan nekat kita jadi terhenyak: inikah anak muda yang bersama Hatta bacakan proklamasi? Di samping mereka lebih banyak lagi anak-anak muda yang kala itu berfikir besar, berbuat nekat dan mencoba untuk mendirikan prinsip yang melawan zaman. Kala itu kolonialisme seperti keniscayaan dan kedaulatan seolah mimpi. Tapi mereka adalah anak muda yang melompat dari arus zaman: percaya bahwa pendidikan tinggi bukan tempat untuk cari gelar dan meyakini kalau kuliah memang jalan untuk berangkat menuju petualangan.
Tentu kau bisa anggap itu contoh yang klasik dan kuno. Soekarno kini sudah mangkat, begitu pula kawan-kawanya. Tapi setidaknya kamu bisa menyaksikan bagaimana ‘efek’ pemikiran mereka hingga kini. Kedaulatan, kemandirian dan kehormatan sebagai bangsa ditanam oleh tangan-tangan mereka. Saat itu bangsa ini jadi ‘terdepan’ di antara bangsa-bangsa Asia: inisiatif untuk membuat blok Asia Afrika, dorongan untuk menghidupkan solidaritas pada negara yang dijajah dan, yang lebih penting, kemandirian untuk membangun ekonomi. Ide itu sampai kini hanya jadi sebuah petuah tiap kali bangsa ini dihadapkan oleh masalah. Tak banyak keberanian untuk membuat ide itu hidup, tumbuh dan dipraktikkan. Para penguasa berikutnya sibuk mempertahankan jabatan dan berpikir untuk kepentingan diri sendiri. Salah satunya yang paling tragis adalah kejadian di tahun 65: jutaan orang dibunuh, dibuang dan dipenjarakan. Itulah masa terburuk dari bangsa ini karena akal sehat dan nilai kemanusiaan diremukkan dengan cara brutal. Sejak saat itu, sesungguhnya, kita memasuki era gelap dimana kebenaran, kepedulian dan kecintaan pada nilai-nilai kemanusiaan telah rontok.
Kini kamu memasuki massa seperti yang pernah dialami oleh Soekarno, Hatta atau Tan Malaka. Masa dimana kedaulatan bangsa dianiaya dan kehidupan rakyat masih banyak yang sengsara. Tak banyak anak muda yang mampu kuliah sepertimu. Lebih tak banyak lagi anak muda yang bisa bekerja mapan seperti yang kau inginkan. Tak pernahkah kamu melihat petani yang sawahnya dilipat untuk jadi pabrik dan perumahan? Tak pernahkah kamu dengar orang miskin kampungnya digusur untuk pembangunan? Tidakkah kamu melihat banyak politisi bejat merasa berkuasa dengan buat aturan seenak perutnya sendiri? Hingga kamu mungkin capek menyaksikan para pejabat hukum malah jual beli perkara. Kemudian kekayaan pejabat melambung sampai tak terhingga. Ini masa seperti zaman kolonial dulu: dimana manusia memeras manusia lain. Saat mana manusia menipu sesama. Ketika manusia berani menganiaya dengan kejam. Inilah zaman bergerak yang membuka pintu kesempatan kamu untuk membuat sejarah.
Kini tataplah wajah para pendiri republik ini. Tak ada kemewahan yang tampak di wajahnya. Air muka mereka menyiratkan harapan dan kehendak. Harapan bahwa negeri ini bisa dibangun dengan cara mandiri dan kehendak untuk membuat bangsa ini bisa punya pengaruh. Keyakinan itu kini rontok karena bangsa ini terlanjur terbelit dalam hutang dan sulit untuk menampik kehendak bangsa lain. Seperti kita ditampar melihat bangsa ini bingung untuk membuat rakyatnya sejahtera: diganti menteri, diganti kebijakan, hingga diganti kurikulum. Kita kehabisan akal karena kita tak punya gagasan, ide dan keberanian untuk mengambil jalan baru. Saatnya kalian sebagai mahasiswa memutus rantai kegelapan ini. Tak hanya dengan belajar tapi bergaul serta berpetualang melihat kehidupan rakyat miskin yang sebenarnya. Biarkan amarah kalian berkobar melihat ketidak-adilan dan jangan takut jika kalian memang punya keinginan untuk membela mereka. Mungkin tak ada dukungan atau mungkin kalian dijatuhi hukuman. Tapi sejarah mencatat bahwa itu adalah ongkos terindah dari sebuah posisi perjuangan.
Kini langit kampus itu akan jadi saksi pertumbuhan keyakinanmu. Jejak jejak muda seperti apa yang hendak kamu toreh. Tiap jejak itu akan jadi butiran keyakinan yang kelak akan diam-diam membentukmu. Jika sikap berani yang kamu tanam niscaya kamu akan berkembang tanpa rasa takut. Kalau sikap empati yang kamu semai kelak kamu akan jadi manusia yang peka dan mudah tersentuh. Oleh penderitaan, terhadap ketidak-adilan dan atas semua bentuk kebohongan. Maka jadilah mahasiswa yang tak hanya berharap meraih gelar sarjana. Juga jadilah mahasiswa yang tak berambisi menggapai nilai tinggi saja. Ingat-ingatlah bahwa tiap anak muda bisa menoreh sejarah berharga untuk diwariskan pada generasi berikutnya: Tan Malaka memberi ilham tentang Kemerdekaan 100% tanpa kompromi, Soekarno meneguhkan hutang budi bangsa pada kaum marhaen serta Semaoen meneguhkan hikayat kaum terpelajar yang menolak berhamba pada kaum feodal. Mereka diilhami bukan oleh buku kuliah, tapi petualangan dan perjumpaan dengan masalah. Maka tak heran mereka dengan akrab ide-ide progresif yang dimuat dalam karya-karya kiri.
Sekali lagi jangan mau ditipu oleh propaganda. Yang bilang kiri itu atheis. Yang mengatakan kiri itu bahaya. Jika jadi mahasiswa selalu harus waspada, maka apa bedanya kamu dengan para serdadu? Dimana slogannya selalu pakai istilah harga mati dan ucapannya dibumbui oleh bahaya. Maka sejak jadi mahasiswa buanglah kebiasaan tak terdidik itu. Yang selalu mudah percaya oleh ancaman dan gampang meyakini sesuatu yang tanpa bukti. Tantanglah semua yang kamu anggap tidak ada dasar sejarah dan akal. Beranikan dirimu untuk menerobos tabir-tabir ketakutan yang diwariskan oleh penguasa masa lampau. Meski waktumu tak panjang berusahalah untuk mendobrak tatanan buntu ini. Sebab jika kamu mampu meruntuhkan tembok itu, sedikit saja, maka sesungguhnya kamu sudah memberi jalan bagi petualang berikutnya. Mahasiswa baru yang terus terlibat menyudahi tatanan yang usang.
Selamat datang para petualang yang hidup tidak untuk ‘gelar’ tapi ‘petualangan dan perlawanan’. Selamat datang mahasiswa baru.***

Sumber : https://indoprogress.com/2016/08/selamat-datang-mahasiswa-baru-2/

PERAN MAHASISWA DALAM ORGANISASI KEMAHASISWAAN


Oleh: Abdul Qohar (PMII INZAH)
 
Mahasiswa, bukan lagi seorang siswa biasa yang menuntut ilmu di institusi pendidikan (SD, SMP, SMA) seperti yang pernah kita lewati, tambahan kata‘ maha ‘, sebelum kata ‘ siswa ‘ memberikan identitas yang berbeda. Identitas tersebut tidak didapatkan dengan mudah, namun didapatkan dengan perjuangan , letih , dan kesabaran dalam menempuh suatu ujian penjaringan mahasiswa baru. Maka tidak terlalu berlebihan jika menganggap identitas mahasiswa sebagai simbol kemenangan para juara. Mahasiswa yang terpilih memiliki potensi sebagai pemikir, tenaga ahli , professional, sekaligus sebagai penopang pembangunan bangsa.

Disamping itu, mahasiswa juga sering disebut-sebut sebagai ‘ agent of change ‘, calon pemimpin masa depan , pembawa nilai-nilai peradaban, dsb. Banyak perubahan besar , dan nilai-nilai sejarah yang ditorehkan di negeri ini senantiasa menempatkan mahasiswa pada posisi yang terhormat. Kemauan yang keras dan senantiasa menggelora dalam dirinya mampu menular kedalam jiwa bangsanya.

Harapan keluarga, harapan masyarakat, harapan bangsa, harapan Negara, bahkan harapan dunia tertumpu pada pundak mahasiswa. Mahasiswa seringkali dianggap sebagai jembatan nurani masyarakat banyak yang mampu mewakili aspirasi masyarakat.

Oleh karena itu, seiring dengan identitas yang melekat padanya , ada peran-peran yang harus dilaksanakan sebagai konsekuensi logis dan konsekuensi otomatis dari identitas tersebut, mahasiswa dituntut melakukan sesuatu yang seharusnya dikerjakan,untuk semua harapan yang tertumpu padanya.

Dari aspek akademis, tuntutan peran mahasiswa hanya ada satu , yakni belajar !. Karena konsekuensi identitas mahasiswa dalam aspek lainnya merupakan turunan dari proses pembelajaran.Belajar merupakan tugas inti !

Namun, tidak semua hal bisa dipelajari di ruang kuliah atau labolatorium. Sangat banyak hal yang harus kita pelajari diluar itu semua, dan salah satu wadah utama yang menyediakan kebutuhan itu ialah organisasi. Organisasi kemahasiswaan diantaranya, yang dengan luar biasa dapat memberikan kita kesempatan untuk mengembangkan diri dalam berbagai aspek. Aspek kepemimpinan, manajemen organisasi, team building , networking & human relation dapat kita kembangkan disini. Organisasi juga merupakan tempat kita mengaplikasikan ilmu yang kita peroleh di tempat kuliah.

Organisasi kemahasiswaan adalah wahana dan sarana pengembangan diri mahasiswa ke arah perluasan wawasan dan peningkatan kecendekiawanan serta integritas kepribadian yang disiapkan untuk menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan yang dapat diterapkan, dikembangkan , dan diupayakan penggunaanya untuk meningkatkan tarap kehidupan masyarakat. Diselenggarakan berdasarkan prinsip dari, oleh dan untuk mahasiswa dengan memberikan peranan dan keleluasaan lebih besar kepada mahasiswa.

Apa yang kita lakukan dalam organisasi kemahasiswaan merupakan sebuah pembelajaran, perjuangan untuk bisa memberikan manfaat bagi lingkungan dan masyarakat sekitar.

Dalam perannya sebagai masyarakat suatu bangsa, mahasiswa juga dituntut untuk peduli, sadar dan merasakan kondisi nyata masyarakatnya yang sedang mengalami krisis multidimensional, serta mengekspresikan rasa empatinya tersebut dalam suatu aksi. Ketika meyakini kebenaran, mahasiswa sejati akan memberi secara ikhlas tanpa pamrih, berjuang sepenuh hati dan jiwa mereka. Daya analisis yg kuat didukung dengan spesialisasi keilmuan yang dipelajari menjadikan kekritisan mereka berbasis intelektual.

Kampus merupakan gambaran dari masyarakat sesungguhnya karena memiliki kemiripan kompleksitas permasalahan serta struktur sosial dengan masyarakat sebenarnya. Ajang simulasi yang baik bagi mahasiswa untuk mendapatkan bekal ketika benar-benar terlibat dan terjun ke masyarakat yang sesungguhnya.

Mahasiswa seringkali menjadi pemicu dan pemacu perubahan-perubahan dalam masyarakat. Perubahan yang diinisiasi mahasiswa terjadi dalam bentuk teoritis maupun praktis. Contohnya adalah mahasiswa menyususn system organisasi kemahasiswaannya secara desentralisasi (otonomi), di kemudian hari Negara pun memberlakukan system otonomi daerah. Dalam kasus lain, mahasiswa menginisiasi pemilihan langsung presiden mahasiswa, kini presiden Indonesia pun dipilih secara langsung oleh rakyat Indonesia.

Aktifitas kemahasiswaan adalah tahapan dimana seorang mahasiswa menimba ilmu dan pengalaman semasa di bangku kuliah. Aktualisasi dirinya dalam rangka pembelajaran guna diaplikasikan di kehidupan yang akan datang.

Belum pantas seseorang disebut mahasiswa tanpa memenuhi konsekuensi-konsekuensi dari identitas yang melekat pada diri seorang mahasiswa. Pemenuhan keseluruhan konsekuensi identitas tersebut menjadikan mahasiswa memiliki kebermaknaan sebagai mahasiswa, mahasiswa sebenarnya, mahasiswa seutuhnya, bukan hanya sekedar mahasiswa !!

Sabtu, 29 April 2017

COLOR RUN PERSPEKTIF ISLAM





Oleh : kang fikar (kader PMII INZAH)

SEKILAS TENTANG COLOR RUN
Pernahkah kita mendengar istilah “Color Run”?
Atau bahkan kita sudah pernah ikut dalam ajang ini?
Bagi para pemuda tentunya hal ini bukanlah hal yang aneh dan asing, karena memang ini adalah sebuah acara yang sedang booming saat ini di Indonesia. Sejarah color run sebenarnya adalah meniru kebudayaan bangsa India yang lalu dimodifikasi dan pertama kali diselenggarakan pada Januari 2012 di Tempe, Arizona, Amerika Serikat. Dan di Singapura untuk pertama kalinya acara Color Run diadakan di Asia.
Color Run adalah sebuah kegiatan berlari sejauh 5K (lima kilometer) dengan ditaburi bubuk warna yang akan menyambut peserta setiap melewati satu kilometernya. Lalu di sesi closing party para peserta akan diberikan sebuah bubuk warna-warni yang akan dilemparkan bersamaan dengan joget diiringi musik lengkap dengan DJ (Disc Jockey).[1]
SEKILAS TENTANG PERAYAAN HOLI
Holi adalah salah satu festival unik, yang dirayakan oleh masyarakat India. Biasanya, festival holi ini, identik atau ditandai dengan banyaknya warna yang meramaikan perayaan tersebut. Festival unik holi ini sebenarnya memiliki 2 tujuan penting, yaitu:
  • Tujuan yang pertama dan yang paling utama adalah untuk menyambut dan merayakan awal musim semi. Festival penyambutan ini dirayakan untuk mengharapkan hasil panen yang baik dan tanah yang subur. Umat Hindu percaya bahwa musim semi adalah saatnya untuk menikmati berbagai warna, yang menggambarkan keceriaan dan pengharapan. Hal ini juga berarti saatnya untuk mengucapkan selamat tinggal pada musim dingin.
  • Tujuan kedua yaitu untuk tujuan keagamaan, dimana masyarakat Hindu di India berdoa secara besar-besaran kepada para dewa, untuk memohon kelancaran hidup selama setahun ke depan. Yang paling penting adalah, acara ini menjadi momen yang ditunggu-tunggu oleh banyak orang, tidak hanya orang India, tapi juga para turis asing.[2]
Dua perayaan yang sakral, bukan hanya semata-mata perayaan kosong belaka, dari berbagai kondisi dan perkembangan zaman tidak bisa dipungkiri bahwa perayaan ini menjadi festival besar di seluruh Dunia, namun perlu diketahui dibalik perayaan ini ada kaitannya dengan Agama (non muslim), karena perayaan ini ada sangkut pautnya denga perayaan ke Agamaan Hindu.
Acara color run, adalah suatu perayaan yang terinspirasi (mengadopsi) apa yang ada dalam perayaan Holinya umat Hindu. Hanya saja  dengan sedikit modifikasi. Dan anehnya, acaranya ini banyak diminati oleh kaum muslim. Entah mereka hanya sekedar ikut-ikutan atau dengan tujuan tertetu. Bahkan sebagian dari mereka adalah oknum yang memfasilitasi perayaan tersebut.
Apakah mereka buta akan asal muasal dari perayaan itu ?
Jawabnya tentu mustahil mengatakan tidak. Karena kabar tentang perayaan Holi telah sering dimuat dalam film-film Bollywood. Mohabbatain contohnya. Lupakah mereka (muslim) akan larangan agama tentang menyerupai kaum lain (non-muslim). Larangan ini jelas berlaku dalam perayaan ini, karena dalam perayaan ini mengandung kesan syiar agama Hindu dan pengikisan syiar islam. Syeikh Dr Sulaiman bin Salimillah ar Ruhaili menyatakan bahwa batasan menyerupai (tasyabbuh) nya muslim dengan non-muslim yang dilarang adalah jika apa yang ia kerjakan ada hubungannya dengan hal yang berbau agama.
Dari penjabaran singkat diatas bisa ditarik kesimpulan bahwa perayaan Color Run itu termasuk larangan agama islam yang harus diindahkan oleh para pengikutnya. Karena perayaan termasuk kategori tasyabbuh dengan non-muslim yang jelas dilarang oleh agama yang tergambar dari sabda nabi yang berbunyi :
عَنِ ابْنِ عُمَرَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ” مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ “
“Barangsiapa yang meniru satu kaum, maka dia termasuk golongan mereka.” (HR. Abu Dawud)
Ibnu Katsir Rahimahullah berkata;
“Hadits ini menunjukkan larangan yang keras, peringatan, dan ancaman atas perbuatan menyerupai orang-orang kafir dalam perkataan, perbuatan, pakaian, hari-hari raya, dan peribadahan mereka, serta perkara mereka yang lain yang tidak disyariatkan bagi kita dan syariat kita tidak mentaqrir (menyetujui)nya untuk kita.”
Rasul Saw juga bersabda;
لَيْسَ مِنَّا مَنْ تَشَبَّهَ بِغَيْرِنَا
“Bukan termasuk golongan kami, orang yang menyerupai (tasyabbuh) dengan selain kami.” (HR Tirmidzi)




[1] https://forumstudia.wordpress.com/2015/04/27/di-balik-fenomena-color-run
[2] http://www.ark21.com/history/sejarah-perayaan-holi-di-india-beserta-maknanya
 

Selasa, 28 Maret 2017

MOTIVASI UNTUK MAHASISWA

Oleh: Surahman (Ketua Korp Regae 2016)

Kalian saat ini telah menjadi Mahasiswa, berarti anda sudah mejadi maha atas ke siswaan anda, jelas tanggung jawab anda semua lebih besar, buktikan dengan sungguh-sungguh bahwa anda benar-benar mampu melaksanakan tugas dan kewajiban menjadi seorang Mahasiswa, jika anda seorang Aktivis, maka jangan hanya menjadi aktivis diluar akademisi namun bagaimana anda harus juga lebih mampu menjadi aktivis didalam akademisi. katakan "SALAH" pada oramg yang mengatakan bahwa mahasiswa tidak boleh aktif diluar akademik dan kataka "SALAH" juga kepada orang yang mengatakan bahwa aktif didalam akdemik itu tidak butuh, saat ini kita bagaimana mampu menjadi sosok aktivis yang menguasai dua-duanya "INTRA & EXSTRA".

MAHASISWA TIDAK HARUS SAMA

Oleh :Fathol Arifin

Ketika kalian berbeda dari temanmu, apakah kalian harus malu...?
Sebuah pertanyaan yang mendasar bagi para mahasiswa, namun begitu sangat sulit untuk menjawabnya karena tertekan oleh situasi dan kondisi, tidak bisa dipungkiri bahwa hal yang menjadi pembeda di antara banyak Mahasiswa akan sangat berat dijalaninya tapi beruntunglah kalian yang selalu ingin menjadi pembeda karena pembeda adalah skill kalian untuk memunculkan perubahan, teruslah berproses karena hasil tidak akan menghianati proses kita yang sungguh-sungguh.

Jumat, 10 Februari 2017

PERAN MAHASISWA DALAM PEMBANGUNAN BANGSA


Mahasiswa sudah seharusnya dapat berperan dan menjadi garda dalam pembangunan bangsa. Peran mahasiswa dalam pembangunan bangsa yaitu :
1. Sebagai kontrol sosial
Mahasiswa dapat menjadi kontrol bagi berjalannya pemerintahan. Baik dalam pembuatan kebijakan maupun peraturan yang dilakukan oleh pemerintah. Mahasiswa juga bisa sebagai penyalur aspirasi masyarakat kepada pemerintah. Aspirasi ini bisa dilakukan oleh mahasiswa dengan salah satunya dengan cara demonstrasi, tetapi demonstrasi yang dilakukan harus sesuai dengan peraturan dan tidak anarkis, serta tidak merusak infrastuktrur maupun sarana dan prasarana yang ada.
2. Kedua sebagai bagian dari perubahan
Sebagai kaum intelektual peranan mahasiswa sangat dibutuhkan dan penting dalam perubahan bangsa. Mahasiswa dapat merealisasikan teori yang di pelajarinya di kampus, terhadap masalah yang terjadi di masyarakat. Mahasiswa juga harus berpikir kritis dalam menyelesaikan masalah yang ada di masyarakat dan memberikan solusi. Selain itu mahasiswa sebagai kaum intelektual adalah generasi penerus bangsa untuk meneruskan dan menggantikan generasi sebelumnya untuk melakukan perubahan bangsa ke arah yang lebih baik dan maju. Namun kini di era modern banyak mahasiswa yang terjerat dalam narkoba. Dan tidak melakukan perannya sebagai mana mesti perannya sebagai mahasiswa.
3. Ketiga sebagai iron stock.
Yaitu mahasiswa sebagai penerus atau aset cadangan bangsa untuk melakukan perubahan. Selain itu mahasiswa adalah harapan bangsa untuk meneruskan perjuangan di masa depan. Sebagai golongan muda pasti pada waktunya akan menggantikan golongan tua, baik pada orginasasi maupun pada pemerintahan. Oleh karena itu sebagai mahasiswa sudah seharusnya kita mempersiapkan diri sebagai garda penerus perubahan bangsa di masa depan.
Dari tiga point diatas dapat di ambil kesimpulan. Bahwa mahasiwa mempunyai peran dalam melakukan perubahan dan pembangungan bangsa ke arah yang lebih baik. Misalnya dalam lingkungan kampus yaitu, belajar dengan sungguh-sungguh, melakukan penelitian dan memberikan solusi terhadap masalah yang ada, menciptakan ide-ide dan gagasan-gagasan dari penelitian yang dilakukan. Dalam masyarakat mahasiswa dapat berperan sebagai aspirasi masyarakat terhadap pemerintah, melakukan kontrol terhadap kebijakan dan peraturan yang di buat oleh pemerintah, melakukan pengabdian kepada masyarakat sesuai bidang yang di kuasai. Dengan peran mahasiswa yang seperti itu tidak tertutup kemungkinan pembangunan bangsa akan cepat tercapai dan kesejahteraan masyarakat merata.

MEMBANGUN SOLIDARITAS ANTAR SESAMA

“Bersosialisasi dengan orang lain memang tidak akan selalu mudah dan menyenangkan. Namun akan sangat indah ketika dapat saling memahami dan mengerti satu sama lain.”
Bergaul dengan orang-orang memiliki pandangan yang berbeda memang bukan hal mudah. Namun, apabila kita dapat menemukan rasa saling memahami dan keinginan untuk saling memberikansemangat kepada satu sama lain tanpa adanya egoisme, hal tersebut akan sangat indah. Itu lah mengapa kita membutuhkanadanya solidaritas.
Masing-masing manusia pasti memiliki kepribadian yang berbeda-beda. Perbedaan bukanlah masalah. Tapi yang paling penting adalah bagaimana cara agar perbedaan tersebut dapat bekerja sama dalam suatu kesatuan sehingga saling melengkapi.
Solidaritas diinginkan bagi setiap kelompok. Baik itu dalam masyarakat, kelompok belajar, komunitas, bahkan dalam pertemanan. Secocok apapun kamu dengan orang lain, pasti akan ada saat di mana seseorang menjadi terlihat ketidaksesuaiannya yang membuat solidaritas menjadi berkurang. Maka dari itu, harus ada suatu irama yang harus dijaga agar hubungan dan sosialisasi yang baik terus berjalan dengan nyaman.
Solidaritas membangun rasa ingin selalu dapat saling tolong menolong dan peduli terhadap sesama. Yang kaya membantu yang miskin, yang kuat membantu yang lemah, dan sebagainya. Kamu tentu menginginkan kehidupan yang harmonis, nyaman, aman, dan tentram, bukan? Nah, dengan solidaritas, kamu akan merasakan hal tersebut dengan nyata. Solidaritas dapat membuat hidup menjadi lebih baik.
Sayangnya, apa yang terjadi sekarang malah sebaliknya. Kurangnya solidaritas malah membuat orang kaya semakin kaya dan yang kuat semakin kuat. Sebaliknya, orang yang miskin semakin miskin dan yang lemah semakin meratapi kelemahannya. Beberapa perilaku korupsi adalah salah satu contoh bahwa solidaritas sudah mulai terkikis, di mana yang kuat menindas yang lemah. Hal ini memprihatinkan mengingat bahwa negara Indonesia menjunjung tinggi nilai kesopanannya.
Kalau Sahabat GueTau adalah remaja yang asik, peka dan tanggung, mari lakukan perubahan untuk menjaga solidaritas. Bagaimana caranya? Nah kali ini, GueTau memiliki beberapa cara yang dapat kamu lakukan dengan lingkungan sekitar guna menjaga solidaritas baik dalam diri sendiri maupun dengan orang lain. Berikut beberapa cara yang dapat Kamu lakukan:
Menumbuhkan empati kepada orang lain
Pernahkah mendengar kata simpati dan empati? Kedua kata tersebut memiliki makna yang hampir sama, namun dengan level yang berbeda. Simpati adalah mengerti tentang orang lain berdasarkan pendapat kita pribadi. Sedangkan empati jauh di atas simpati, yakni kamu mengerti secara keseluruhan tentang orang lain sesuai dengan apa yang dirasakan orang tersebut. Nah, empati inilah yang juga harus ditingkatkan. Ketika kamu mengerti seutuhnya perasaan orang lain dan mampu menempatkan diri menjadi orang tersebut, maka tindakan yang kamu lakukan tentu sesuai dengan yang dibutuhkan orang lain.
Silaturahmi (komunikasi) dengan sesama
Hal ini sederhana, namun sangatlah penting. Sahabat GueTau pasti pernah mendengar kata “tak kenal maka tak sayang”. Nah, dalam level ini, kamu bukan hanya menjaga kata “kenal” tapi menjaga komunikasi dan silaturahmi yang intensif dengan orang lain.
Saling sapa
Ini hal yang lebih sederhana lagi, namun sudah mulai terkikis di masa kini. Padahal saling sapa satu sama lain dapat membangun ikatan yang kuat antara satu orang dengan orang lainnya. Walaupun hal ini kelihatan sedikit remeh, akan tetapi ini merupakan salah satu kabel penyambung antara seseorang dengan yang lain.
Saling memberi dan tolong menolong dengan sesama
Dibanding tiga hal sebelumnya, hal ini adalah hal yang paling sulit untuk diterapkan. Namun, ketika ketiga hal tersebut berhasil kamu terapkan, poin keempat ini akan otomatis dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan empati dan silaturahmi yang baik, maka dengan sendirinya kamu akan merasa perlu untuk saling tolong menolong dengan orang lain.

SELAMAT DATANG MAHASISWA BARU

Mahasiswa, kau ingin jadi apa? Pengacara, untuk mempertahankan hukum kaum kaya, yang secara inheren tidak adil? Dokter, untuk menjaga k...